Jumat, 08 November 2013

Kisah Pemuda yang Mengislamkan Satu Gereja


Sebuah kisah nyata yang terjadi di negeri Paman Sam, patut kita ambil hikmahnya. Kisah nyata tentang seorang pemuda Arab yang menimba ilmu di Amerika, Rabu 22 Februari 2006 silam.

Satu gereja masuk Islam benarkah? Subhanallah. Inilah kisahnya ….
Ada seorang pemuda arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar, ia juga juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah memberinya hidayah masuk Islam. Pada suatu hari mereka berdua jalan-jalan disebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat dikampung tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Semula ia menolak, namun karena terus terdesak akhirnya pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk kedalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, serentak mereka berdiri untuk memberi penghormatan latas kembali duduk. Disaat itu si pendeta agak terbelalak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, “ditengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini”. Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergeming dari tempatnya, hingga akhirnya pendeta itu berkata, “aku minta ia keluar dari sini dan aku akan menjamin keselamatannya”. Barulah pemuda ini beranjak keluar.
Di ambang pintu ia bertanya kepada sang pendeta, “bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim?” pendeta itu menjawab, “ dari tanda yang terdapat diwajahmu”. Kemudian ia beranjak hendak keluar, namun sang pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda itu, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda muslim itupun menerima tantangan debat tersebut.
Sang pendeta berkata, “aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat.” Si pemuda tersenyum dan berkata, “silahkan !” sang pendeta pun mulai bertanya,

  1. Sebutkan satu yang tiada duanya,
  2. Dua yang tiada tiganya,
  3. Tiga yang tiada empatnya,
  4. Empat yang tiada limanya,
  5. Lima yang tiada enamnya,
  6. Enam yang tiada tujuhnya,
  7. Tujuh yang tiada delapannya,
  8. Delapan yang tiada sembilannya,
  9. Sembilan yang tiada sepuluhnya,
  10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
  11. Sebelas yang tiada dua belasnya,
  12. Dua belas yang tiada tiga belasnya,
  13. Tiga belas yang tiada empat belasnya,
  14. Sebutkan sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh,
  15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya,
  16. Siapakah yang bedusta namun masuk kedalam surga?
  17. Sebutkan sesuatu yang diciptakan oleh Allah namun Ia tidak menyukainya?
  18. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu,
  19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
  20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yang di adzab dengan batu, dan siapakah yang terpelihara daru batu?
  21. Sebutkan sesuatu yang diciptakan oleh Allah dan di anggap besar,
  22. Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari.
Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu tersenyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah. Setelah membaca basmalah ia berkata,
  1. Sau yang tiada duanya ialah Allah SWT.
  2.   Dua yang tiada tiganya ialah siang dan malam. Allah SWT berfirman, “dan kami jadikan malam dan siang        sebagai dua tanda (kebesaran kami).” (Al-Isra’:12).
  3. Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan nabi Musa ketika Khidr menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil, dan ketika menegakkan kembali dinding yang hamper roboh,
  4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an.
  5. Lima yang tiada enamnya adalah shalat lima waktu.
  6. Enam yang tiada tujuhnya adalah jumlah hari ketika Allah SWT menciptakan makhluk.
  7. Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang lapis tujuh. Allah SWT berfirman, “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang,” (Al-Mulk :3)
  8. Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman, “Dan malaikat-malaikat berada dipenjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Ars Rabbmu di atas (kepala) mereka.” (Al-Haqah:17).
  9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu’jizat yang diberikan kepada nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang dan 
  10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan. Allah SWT berfirman,”dan barang siapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat.”(Al-An’am: 160).
  11. Sebelas yang tiada dua belasnya adalah jumlah saudara-saudara Yusuf.
  12.  Dua belas yang tiada tiga belasnya adalah mu’jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah SWT, “dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu berfirman, pukullah batu itu dengan tongkatmu.’lalu memancarlah dari padanya dua belas mata air. (Al-Baqarah: 60).
  13. Tiga belas yang tiada empat belasnya adalah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
  14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh. Allah SWT berfirman,”Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing.”(At-Takwir:18).
  15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus AS.
  16. Mereka yang berdusta namun masuk kedalam surge adalah saudara-saudara Yusuf, yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya,”Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf didekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala.”setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka,”Tak ada cercaan terhadap kalian.”Dan ayah mereka Ya’qub berkata,”Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
  17. Sesuatu yang diciptakan Allah SWT namun tidak Dia suai adalah suara keledai. Allah AWT berfirman,”Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai”.(Luqman: 19),
  18. Makhluk yang diciptakan oleh Allah tanpa ayah dan Ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih, dan kambing Nabi Ibrahim, ular dari tongkat Nabi Musa.
  19. Makhluk yang diciptakan Allah  dari api adalah Iblis, yang di adzab dengan api adalah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman,”Wahia api dinginlah dan selamatkan Ibrahim.”(Al-Anbiya’: 69)
  20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang di adzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-Habul Kahfi (penghuni gua).
  21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan di anggap perkara besar adalah tipu daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT,” Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar.”(Yusuf: 2).
  22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari, maknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah sholat yang lima waktu, tiga dikerjakan dimalam hari dan dua di siang hari.

Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawaban pemuda muslim tersebut. Kemudian pemuda itu pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh sang pendeta.
Pemuda ini berkata,”APAKAH KUNCI SURGA ITU?” mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnyapun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil. Orang-orang uang hadir di gereja it uterus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak. Mereka berkata,”Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semua ia jawab, sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya.” Pendeta tersebut berkata,”Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian marah.”Mereka menjawab, Kami akan menjamin keselamatan anda.”
Sang pendeta pun berkata,”Jawabannya adalah: ASHADU AN LA ILAHA ILLALLAH WA ASHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH.”
Lantas sang pendeta dan orang-orang digereja itu memeluk agama Islam.
ALLAHU AKBAR !!!!
Sungguh Allah telah menganugerahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.
Semua itu tentu dengan ilmu…
SUBHANALLAH… semoga Allah melimpahkan kita dalam iman dan takwa kepada-Nya dan dimanapun kita berada. Amin

Semoga bermanfaat.

Selasa, 05 November 2013

Fenomena Ghaib Kyai As'ad Syamsul Arifin




Dikiisahkan pula, ketika Nahdhatul Ulama mengadakan hajatan di Sukorejo, yaitu Munas Alim Ulama 1983 dan Muktamar NU 1984, bantuan logistik mengalir, bahkan melimpah, dari masyarakat, khususnya warga NU. Tujuh hari sebelum acara, tercatat telah terkumpul 20 ekor sapi, 50 ekor kambing, 200 ekor ayam kampung, 15 ton beras, dan lima truk gula, telur, sayur, dan buah-buahan. Semuanya berdatangan di Sukorejo.


Acara yang melayani 1.500 orang itu, tiap hari rata-rata menghabiskan lima sampai enam kuintal beras, 130 sampai 300 ekor ayam, lima ekor kambing dan sapi, satu sampai tiga truk sayur mayur dan buah kelapa, dan tak terhitung kayu bakar, baik yang diantar dengan truk maupun di antar sendiri secara rombongan dengan sepeda ontel. Juru masaknya pun tak dibayar, mereka mengharapkan barakah dari para kiai.

Saking tingginya minat menyumbang dari warga, panitia sampai menolak ternak-ternak sapi dan kambing lantaran mereka tidak mempunyai tempat penampungan. Namun mereka tak habis pikir, binatang-binatang itu kemudian mereka antar lagi dalam bantuk daging.

Bantuan itu tidak hanya berasal dari warga yang kaya. Ada seseorang warga yang hanya memiliki dua ekor sapi yang satunya sedang hamil. Karena untuk acara keagamaan dia menyumbang salah satunya kepada Kiai As’ad.

Anehnya, beberapa hari kemudian seorang “tamu asing” mendatangi warga tersebut. Padahal saat mmberikan sapi itu, selain tulus ikhlas, warga tersebut juga tidak mencatatkan nama dirinya. Lalu, siapa yang memberitahukan tamu asing itu? Lucunya, tamu asing itu ngotot memberikan sejumlah uang beberapa kali lipat dari harga sapi. Karena ikhlas menyumbang untuk kiai, uang itu ditolak dengan tegas. Tapi, si tamu asing menegaskan tak mau meninggalkan rumah itu bila tetap ditolak. Akhirnya, dengan terpaksa uang itu diterimanya juga.

Siapa orang asing itu? Manusia atau mahkluk alam lain? Wallahu a’lam.

Menundukkan Bandit

Pada masa itu, di daerah Besuki, jemaah salah Jumat sangat sedikit sekali bila dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Setelah diteliti oleh Kiai As’ad, ternyata di sana ada seorang tokoh yang amat disegani masyarakat, seorang bajingan. Tanpa ragu-ragu, kiai mendatangi rumah tokoh tersebut.

Mengetahui bahwa tamunya seorang kiai besar, tuan rumah jadi kikuk dan kelabakan. Mereka menjadi sangat terharu dan hormat, karena sang kiai tidak mempermasalahkan dan melecehkan “profesi”-nya. Hebatnya lagi, kiai yang alim dan memiliki banyak ilmu itu mengaku sanggup tinggal bersamanya di dunia dan akhirat. Kalau dia nyasar ke neraka, kiai akan berusaha menariknya ke surga. Syaratnya, dia harus mampu memenuhi masjid dengan warga sekitar dalam setiap salat Jumat.

Diplomasi Kiai As’ad membuahkan hasil. Selain akhirnya orang-orang berbondong-bondong memenuhi masjid, sang bajingan itu akhirnya insyaf dan rajin ke masjid. Misteri apa yang ada pada diri Kiai As’ad sehingga mampu menundukkan bajingan itu? Inilah kelebihan Allah yang diberikan padanya.

Gebrakan Kiai

Merasa dirinya berada di jalan yang benar, Kiai As’ad berani melakukan apa pun, termasuk melawan dan mengusir serdadu Jepang yang berada di depannya. Entah kekuatan gaib apa yang menyertai kiai asal Pamekasan, Madura, ini sampai meja yang berada di depannya hancur berantakan saat digebraknya dengan sangat keras.

“Negeri ini milik kami!” teriak Kiai As’ad sambil menggebrak meja dengan sangat keras. “Negeri ini bukan milik Jepang. Kalian harus meninggalkan negeri ini. Kalau tidak, saya dan rakyat akan menyerang kalian!”

Para hadirin tercengang. Meja yang kukuh itu retak dan kakinya menembus lantai! Pemimpin Jepang bercucuran keringat dingin. Ketakutan! Wajah kiai merah, tak ada yang berani menatap. Semua diam membisu!

“Kalian harus pulang sekarang juga!” kata Kiai As’ad.

Mau tak mau, pemimpin Jepang itu menyerah dan menandatangani persetujuan pemulangan tentara Jepang dari Desa Curah Damar Garahan, Jember, ke Surabaya, dengan catatan semua senjata harus ditinggalkan.

Itulah hasil perundingan tokoh-tokoh masyarakat Karesidenan Besuki dengan pemimpin Jepang sekitar September-Oktober 1945 yang bertempat di Pondok Pesantren Sukorejo. Tentara Jepang akhirnya diangkut dengan kereta api ke Surabaya dengan kawalan anggota Pelopor, tentara keamanan Rakyat, Hizibullah Sabilillah, dan rakyat pada umumnya.

Suwuk Kiai

Sebagai kiai dan ulama besar, Kiai As’ad tidak hanya menguasai banyak ilmu dari para guru dan kitab-kitab Hikmah, namun juga ilmu-ilmu yang bagi masyarakat masa kini sebagai ilmu-ilmu gaib. Maklum, murid-muridnya banyak dari kaum bromocorah, sehingga dia pun banyak mendalami ilmu kanuragan (kekebalan). Saat sesama mereka dibekali sebilah pedang serta celurit dan disuruh saling membacok. Tapi, tebasan pedang dan celurit itu tidak ada yang mencederai mereka.

Sebagian murid lain, ada yang diuji melompat dari pohon kelapa yang tinggi dan ternyata badannya tetap utuh serta segar bugar. Yang ajaib adalah saat di antara para murid itu mampu menjatuhkan puluhan buah kelapa hanya dengan sekali pandang.

Di balik semua aktivitas itu, kiai sepuh yang sederhana ini terus-menerus membaca amalan-amalan agar tidak terlihat musuh. “Asma ini penting untuk mencuri senjata dan menyerang musuh,” tuturnya.

Para santri yang dulunya bromocorah, dua di antaranya bernama Mabruk dan Abdus Shomad, kemudian tergabung dalam Pasukan Pelopor itu, dan memang telah beberapa hari mendalami ilmu kanuragan serta silat. Mereka juga sudah di-jaza’ atau di-suwuk (ditiup dengan doa, atau disemprot dengan air yang sudah didoakan) oleh Kiai As’ad Syamsul Arifin. Keampuhan mereka itu dibuktikan dalam perjalanan di daerah Dabasah, dekat Bondowoso. Kebetulan di daerah tersebut terdapat sebuah gudang senjata Belanda. Pasukan Pelopor ini, dengan izin Allah SWT, berhasil mencuri 24 pucuk senjata dan sejumlah amunisi tanpa mendapat perlawanan. Dengan ilmu gaib khusus, anak buah Kiai As’ad itu berhasil masuk gudang tanpa terlihat oleh pasukan Belanda.

Pasir Jadi Dentuman Senjata

Ketika mengadakan gerilya, beberapa pejuang tampak membawa pasir. Konon, pasir itu adalah pemberian dari Kiai As’ad kepada para pejuang itu. Pasir tersebut kemudian ditaburkan ke kacang hijau di dekat markas tentara Belanda atau di jalan yang akan banyak dilewati tentara Belanda.

Aneh, suatu keajaiban terjadi. Puluhan tentara Belanda yang bersenjata lengkap itu tiba-tiba lari terbirit-birit ketakutan sambil meninggalkan senjatanya. Mungkin mereka mengira suara pasir itu adalah suara dentuman senjata api. Padahal, saat itu para pejuang tidak membawa senjata api. Bagaikan mendapatkan rejeki nomplok, para pejuang itu seakan berpesta pora dan memunguti satu per satu senjata-senjata yang ditinggal Belanda itu.

Dalam kesempatan lain, sebanyak 50 anggota Laskar Sabilillah mohon jaza’ kepada Kiai As’ad ke Sukorejo sebagai bekal untuk berjuang melawan Belanda. Pertama-tama yang ditanyakan oleh Kiai As’ad adalah keteguhan mereka untuk berjuang. “Apakah kalian betul-betul ingin berjuang?” tanya Kiai As’ad.

“Kami memang ingin berjuang, Kiai, asalkan kami diberi azimat,” jawab pemimpin rombongan.

“Oh, itu gampang,” jawab Kiai As’ad. “Be en entar bungkol, moleh bungkol (kamu berangkat perang utuh, pulang pun utuh).”

Lalu Kiai As’ad mengambil air putih dan menyuruh mereka meminumnya sambil membaca sholawat. Setelah itu Kiai As’ad berpesan, “Kalian tidak boleh menoleh ke kiri dan ke kanan. Terus maju, jangan mundur. Kalau maju terus dan tertembak mati, kalian akan mati syahid dan masuk surga. Tapi, bila kalian mundur dan tertembak, kalian akan mati dalam keadaan kafir!”

Mecah Diri

Pada suatu hari, Kiai Mujib diajak Kiai As’ad menghadiri delapan acara walimah haji di luar kota. Kiai Mujib baru merasakan keajaiban yang dialaminya setelah kembali ke Sukorejo. Mereka berangkat pukul 20.30, dan pukul 22.30 telah berada lagi di Sukorejo. Padahal perjalanan pulang pergi saja memerlukan waktu dua jam, sementara mereka harus mengunjungi delapan kali acara yang tepatnya masing-masing sangat berjauhan. Ini belum lagi dihitung waktu Kiai As’ad memberi ceramah dan jamuan makan, yang tentu saja memakan waktu tidak sebentar.

Ini ajaib. Mana mungkin perjalanan yang seharusnya memakan waktu dua jam plus semua acara yang tempatnya saling berjauhan dan memakan waktu berjam-jam itu bisa dilakukan hanya dengan dua jam? Kiai Mujib mengemukakan kebingungannya itu kepada sopir kiai, H. Abdul Aziz.

“Iya…iya, kenapa bisa begitu?” katanya sambil berulang kali melihat jam tangannya untuk menyakinkan diri bahwa saat itu memang baru pukul 22.30.

Seminggu kemudian, di Sukorejo, Haji Aziz memperoleh info mengenai keributan yang hampir saja terjadi di antara pemilik delapan acara walimah tersebut karena masing-masing ngotot didatangi kiai pada saat yang bersamaan. Akhirnya mereka sama-sama heran, sebab masing-masing mempunyai bukti berupa foto ketika kiai berada di rumah-rumah mereka.

Peristiwa seperti itu pernah dialami sendiri oleh Kiai As’ad ketika muda. Dia heran, ada kiai yang menjadi imam salat Jumat di tiga masjid dalam waktu yang bersamaan. Menurut kisah, Kiai As’ad bermakmun saat salat Jumat dengan imam Kiai Asadullah di Masjid Besuki. Bupati Situbondo, yang mendengar hal itu, membantah, dan sambil ngotot mengatakan bahwa Kiai Asadullah hari itu mengimammi salat Jumat di Situbondo, bahkan sang Bupati mengaku berdiri tepat di belakangnya. Penghulu Asembagus, yang kebetulan mendengar pertikaian itu, malah menimpali bahwa Asadullah menjadi imam salat di daerahnya.

Hal itu mengingatkan Kiai As’ad pada dawuh (perintah) Habib Hasan Musawa bahwa Kiai Asadullah telah mencapai maqam fana fi adz dzat, bisa menjadi tiga bhkan sepuluh dalam waktu bersamaan. Ilmu yang sama kelak kemudian hari juga dimiliki oleh Kiai As’ad

Maqam Fana

Mengetahui bahwa Kiai As’ad telah tertidur pulas, Kiai Mujib, yang memijit beliau, kemudian mencium badan sang kiai dari ujung kaki sampai ujung kepala. Namun, dia tidak mencium bau apa-apa. “Beliau ini sebenarnya ada apa-apanya tidak sih?” pikir putra Kiai Ridwan, pencipta lambang NU itu. “Apakah ini orang yang dikatakan sudah berada di maqam fana?”

Tapi ternyata Kiai Mujib terkaget-laget. Tiba-tiba terdengar suara, “Pak Mujib, apa yang sampean cari. Apakah sampean mengira di dalam tubuh saya ini ada apa-apanya?”

Dari pengalaman itu Kiai Mujib tersadar, lebih baik melihat beliau dari jauh. Ajaib! Kalau dilihat dari jauh terlihat agak samar tapi tampak, tapi kalau didekati tidak kelihatan. Sulit ditebak, seperti apa sebenarnya tingkatan maqom manusia yang bernama As’ad Syamsul Arifin itu.

Motivation to Study

Motivation to study of each person, from one person to others could be not the same. Usually, it depends on what is wanted by the person concerned. For example, a child will study and reach the first rank in his class because he was enticed to get a new bicycle by his parents.
Another example, a student has strong motivation to study in order to pass the examination by achieving the first rank or other general achievement. After that, he plans on getting some great job in order to make his parents happy.
Motivation to study won’t be established if the person concerned doesn’t have any longings, goals, or realize the benefits of studying for his own good. Therefore, certain way of conditioning is needed, so that we or anybody who wants some spirits to study will be motivated.
Here are some tips to increase our motivation to study:
1. Making friends or hanging out with people who like to study
Associating with people who like to study and have may achievements will make us end up liking to study as well. Besides of that, we can try to find someone or some community that has good habit in studying.
You can also try to question about experiences in various places to people who have ever continued or are going on their education to higher level, like people who get scholarship to study abroad or people who often get rewards for their achievements.
Their good habits and spirits will spread to us, such as the analogy of making friends with a blacksmith or perfume seller. If we spend our times with a blacksmith, we then will be affected by the smell of the burnt irons, while if we associate with a perfume seller, we then will be affected by the scent of perfumes.
2. Studying and learning everything
The definition of studying in this section is understood comprehensively, either formal or informal. We can study and learn about many kinds of skills, such as learning or studying how to assemble computer components, write kinds of writings, make movies and films, become an entrepreneur, and many others.
3. Studying and Learning from internet
We can use internet to join with people who like to study. For example, if you are interested in studying English, you can go to Belajaringgris.net
4. Associating with people who are always optimistic and think positively
In this world, there are some people who always look so optimistic even though there are having problems, for example; friends, lovers, or spouse. You can also do the same thing by finding out someone or some community who can help to lead or motivate you in studying and making achievements.
“Recipe for success: Study while everyone is sleeping, work while everyone is loafing, and dream when everyone is wishing.” – William A. Ward.
That’s all I would like to say. I wish what I said could be useful for all of us. I hope that we can meet again sometime. Please forgive me for my mistaken words. Thank you for the attention.